Laman

Jumat, 24 Februari 2012

Surat Kepada Nabi Muhammad


Assalamu’alaikum wr.wb
Ya Rosulullah, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat atas dirimu yang mulia. Ya Rosul, perkenalkan hamba adalah salah satu umatmu yang berada pada zaman jahiliyah modern. Hamba merasa sangat sedih melihat zaman jahiliyah pada masamu terulang lagi.
Ya Rosulullah Ya Habibi….
Saat ini, kemajuan tekhnologi berkembang sangat pesat. Semua orang bisa mengakses segala hal baik yang positif maupun yang negatif. Yang positif mungkin tidak enjadi masalah, tapi yang negatif ? Hamba sangat merasakannya ketika hamba pertama kali masuk ke dalam sebuah lingkungan kos di kota Yogyakarta, Indonesia. Hamba benar-benar terkejut mengetahui fakta bahwa banyak hal telah bergeser saat ini.
Wahai Rosulku yang hamba junjung tinggi…..
Saat ini, jilbab bukanlah jaminan atas kebaikan seseorang. Hamba sempat terpukul saat mengetahui ternyata dua orang teman kos hamba yang melakukan kehidupan seks pra-nikah adalah wanita yang memakai jilbab. Karena merasa tidak cocok dengan lingkungan seperti ini, akhirnya hamba memutuskan untuk pindah ke pondok pesantren.
Ya Rosul…
Ternyata di Pondok Pesantren pun sama saja. Mereka sudah tahu hukumnya namun tetap saja di langgar. Terutama yang berkaitan dengan zina. Hamba ingat ya Rosul, hamba pernah satu kali ta’aruf dengan seorang pria yang mempunyai masa lalu kelam. Hamba bersedia berta’aruf dengannya karena hamba ingin membawanya di jalan yang lebih baik. Hamba sangat menjaga hubungan hamba jangan sampai mendekati zina. Salah satunya, hamba tidak menginjinkan kami bersentuhan dan selalu bertiga ketika bertemu. Ya Rosul….tahukah engkau ? semua orang menertawakan hamba. Mereka bilang hamba terlalu lugu. Mereka bilang, di mana-mana yang namanya pacaran itu ya minimal berpegangan tangan.
Ya habibi…..
Saat di ejek seperti itu hamba hanya menjawab bahwa setiap orang hidup mempunyai prinsip masing-masing, dan menjaga hubungan antara pria dan wanita adalah salah satu prinsip hidup hamba. Dan apakah salah jika hamba berprinsip seperti itu ?
Ya Rosululloh...
Selain masalah itu, ada hal lain yang menjadi pikiran hamba. Ini sangat urgen untuk segera di cari jalan keluarnya.
Saat ini, nama dan image seorang muslim sangatlah buruk. Umat muslim di anggap seolah teroris yang siap menghancurkan belahan dunia manapun. Hamba miris melihatnya. Bagaimana tidak ? beberapa orang menghalalkan untuk membunuh satu sama lain dengan dalih kekafiran.
Hamba ingin bertanya ya Rosul yang penyayang. Apakah layak seorang muslim bersikap seperti itu ? apakah hal itu benar-benar “ di benarkan “?. Rosulku yang tercinta, bukankah masalah agama sendiri juga merupakan bagian dari takdir ? Seperti paman yang sangat engkau sayangi, dia juga bukan seorang muslim kan ?
Allah pernah berkata bahwa Dia berhak memilih siapapun yang akan di beri hidayah-Nya. Kalau begitu, jika kita menyalahkan kekafiran orang lain bukankah secara tidak langsung kita juga menyalahkan Allah ? Jika kita membenci semua orang yang kafir, bukankah sama halnya kita membenci Allah ? Apakah sungguh-sungguh tidak ada cara lain untuk membenarkan dan meluruskan para orang kafir tentu saja selain cara membunuh ?
Hamba benar-benar mendambakan kedamaian di dunia ini. Hamba yakin dan sangat percaya bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hamba mempunyai keyakinan bahwa membunuh orang kafir yang tidak tahu apa-apa adalah suatu tindakan menyakiti orang lain.
Allah Maha Adil, Dia pasti mempunyai perhitungan sendiri tentang segala sesuatu yang di ciptakannya. Jika Dia menciptakan segala hal berbeda, hamba pikir itu hanya ditujukan sebagai tanda bagi umat manusia. Contohnya seperti ini, bagaimana mungkin kita bisa menyebut bahwa bubur itu lembek jika tidak ada pembanding atau pengukurnya ? Bagaimana kita bisa menyebut orang itu baik jika tak ada orang yang tidak baik ? itulah yang hamba simpulkan atas keadilan Allah.
Hamba pikir, alangkah tidak baiknya jika menjudge seorang itu pantas di bunuh atau tidak pantas di bunuh. Hamba pikir, kata kepantasan sangat tepat jika di dekatkan dengan kata pembelaan. Artinya, membunuh adalah untuk membela diri ketika di serang. Jika tidak di serang, bukankah lebih baik kita melakukan pendekatan kepada mereka? memberikan cinta kasih pada mereka. Karena mereka sama-sama mahluk ciptaan Allah yang juga mempunyai hak untuk hidup di dunia. Ya Rosul, apakah yang terlintas dalam pikiran hamba ini salah ?
Jujur, hamba sempat bertanya kepada beberapa orang, apakah kamu yakin kamu memeluk Islam adalah karena hati kamu memilih islam ? Atau hanya karena kamu terlahir dari kedua orang tua yang beragama islam ? sehingga hidup dalam pendidikan yang mengarahkan untuk memeluk agama islam. Hampir semuanya tidak bisa menjawab. Atau mungkin karena pertanyaan ini hamba ajukan pada mereka yang kurang berkompeten untuk menjawabnya.
Sebenarnya, hamba mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini untuk membuka pandangan dan hati orang lain bahwa tidak selayaknya manusia itu membenci satu sama lain meskipun dengan dalih perbedaan agama.
Terbersit dalam benak hamba, betapa beruntungnya mereka yang di beri hidayah dengan menjadi pemeluk islam. Bukankah itu patut untuk di syukuri ? Bagaimana mensyukurinya ? Apakah harus dengan menyuguhkan rasa benci kepada mereka yang tidak di beri hidayah oleh Allah ?
Ya Rosululloh…..
Tahukah engkau, perkara saling membenci tidak hanya terjadi antara umat muslim dengan non-muslim. Bahkan, dalam satu keyakinan yakni Islam, masing-masing saling menyalahkan. Menyalahkan dengan cara yang patut dan fair mungkin tidak menjadi masalah. Tapi bagaimana jika memakai cara menyebarkan ketidaksetujuannya pada salah satu aliran dengan menjelek-jelekkan aliran tersebut di depan masyarakat umum dan itu di lakukan saat menyampaikan khutbah sholat jum’at. Subhanallah…..
Hati hamba miris melihat umat islam yang seperti ini. Mestinya, seorang muslim saling menghargai dan menghormati muslim yang lainnya. Bukankah mereka sama-sama berada pada jalan menuju Allah ? kalau hamba mengibaratkan itu seperti ini, angka 100 dapat di peroleh melalui berbagai cara atau jalan. Jalan yang pertama mungkin 50 ×2, yang lain menempuh jalan 200-100 sedangkan yang lainnya menempuh jalan 1000 ÷ 10 ataupun 50 +50. Bukankah semua cara itu tadi akan mendapatkan hasil yang sama yakni 100 ? Yang terjadi sekarang, semua orang ramai-ramai mengklaim alirannya sebagai ahlussunnah wal jama’ah. Celakanya, hal ini tidak diikuti rasa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan sudut pandang.
Wahai Rosul yang hamba cintai….
Tolong berilah jawaban atas pemikiran-pemikiran hamba tersebut. Jika memang pemikiran hamba salah, bagaimana benarnya ? hamba pasti akan mendengarkan semua yang engkau katakan. Karena siapa lagi yang patut hamba jadikan panutan selain engkau ?
Wassalamu’alaikum wr.wb

Ahmad Maghfur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar