Kamis, 29 Desember 2011

Sex Education

Sex Education

Pendidikan sex merupakan hal yang tidak tabu lagi pada saat ini. Dahulu membicarakan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah seksual dianggap sebagai hal yang tabu dan tidak boleh dibicarakan. Seiring perkembangn zaman dan meluasnya pengaruh globalisasi, maka tayangan-tayangan di televisi menjadi lebih “berani”. Batas-batas norma ketimuran sudah dilanggar demi mendapatkan rating yang bagus. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pola pikir generasi muda kita. Jangan sampai generasi muda indonesia menjadi generasi “ngeres”.
Tidak bisa kita pungkiri bahawa makin maraknya kasus-kasus penyimpangan seksual baik berupa perkosaan, homoseksual, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya sangat dipengaruhi lingkungan masyarkat dan pengetahuan masing-masing individu tentang masalah seksual. Lingkungan dalam hal ini menyangkut tontonan, pergaulan, maupun keadaan sekitar tempat tinggal.

Pengetahuan tentang masalah seksual dapat diperoleh dari pendidikan seksual (sex education). Pendidikan seks sangat penting dikenalkan kepada anak sedini mungkin sehingga seorang anak akan terhindar/dapat menghindari penyimpangan seksual. Ketika seorang anak menginjak usia remaja, keadaan psikologis anak akan mengalami goncangan karena pada usia terebut merupakan masa-masa transisi. Mereka akan berusaha mencari jati dirinya dengan melakukan eksperimen-ekperimen pribadi. Eksperimen-eksperimen tersebut terkadang salah arah sehingga menyebabkan masalah di masa yang akan datang. Untuk itu pendidikan menjadi sangat penting bagi usia remaja baik pendidikan seksual, pendidikan narkoba, dan pendidikan lainnya.
Pendidikan seksual meliputi segala macam permasalahan seksual. Mulai dari mengenal diri sendiri, sampai mengenal orang lain. Misalnya, kita harus bisa mengenal diri sendiri. Apa yang saya punya dan bagai mana fungsinya? Kita harus tahu masalah-maslah genital dan alat-alat reproduksi kita.
SIECUS (Sexuality Information and Education Council United States) menulis tentang materi pokok yang harus terdapat dalam pendidikan seksual dan reproduksi:
• perkembangan manusia (anatomi dan fisiologi system reproduksi)
• hubungan antar manusia (baik dengan keluarga, teman sejawat, dan pacaran dengan pernikahan)
• kamampuan personal (nilai, pengambilan keputusan, komunikasi, dan negosiasi)
• perilaku seksual (kontrasepsi, IMS, dan pencegahan HIV/AIDS serta aborsi maupun kejahatan atau pelecehan seksual)
• budaya dan social (peran jender, agama, dan seksualitas).
Adapun komponen-komponen yang turut menentukan kesuksesan program pendidikan seksual dan reproduksi berbasis sekolah, yakni:
• ketepatan identifikasi dan memahami karakter setiap kelompok
• melibatkan remaja dalam perencanaan program
• bekerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan orang tua
• komunikasi interpersonal
• jejaring
• sumber daya (baik sumber daya manusia dalam hal ini tenaga pengajar maupun sumber daya alamnya atau fasilitas yang tersedia).
Dengan adanya pendidikan seksual sejak dini diharapkan agar masyarakat khususnya remaja dapat terhindar dari penyimpangan seksual. Selain itu pendidikan seksual juga mencakup wilayah budaya dan hubungan antar manusia sehingga saat ini sex education tidak lagi menjadi hal yang tabu lagi, kecuali pada daerah-daerah tertentu. Sex education (pendidikan seksual) ikut membantu program pemerintah dalam pencegahan HIV/AIDS karena salah satu penularan HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar