Jumat, 03 Februari 2012

SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA, INTEGRASI MASYARAKAT INDONESIA, dan DIFERENSIASI KELAS


SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA, INTEGRASI MASYARAKAT INDONESIA, dan DIFERENSIASI KELAS


Di Indonesia dalam tahun 800-1000 M ( zaman sriwijaya ) kita kenal sebagai zaman pembangunan candi Borobudur, Prambanan, Mendut, dan sebagainya. Kegiatan yang dikerjakan oleh penduduk sekitar candi itu dipimpin oleh seorang ahli dari jawa yang belajar di India atau pun oleh seorang ahli yang datang dari India. Pada tahun 1000-1500 merupakan zaman kerajaan Majapahit dan datangnya agama Islam. Sisa agama Hindu dan Budha menyingkir ke daerah pedalaman (tengger, Bali) dan sekalipun orang di jawa telah mulai memeluk Islam, dalam menjalankan ibadah mereka masih banyak dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu-Budha.
Sedangkan sekitar 1500-1900 M di Indonesia dikenal sebagai akhir zaman kerajaan bumiputera yang berkuasa, dan kulit putih mulai berdatangan. Mereka diterima sebagai tamu yang akhirnya menanam kekuasaan penjajahannya untuk menguasai perdagangan dengan keuntungan yang lebih besar. Raja-raja mulai ditaklukan dan mereka membantu penjajahan, disanjung dan dibantu yang akhirnya mereka pun ditaklukan di bawah kekuasaan penjajah.
Hanya pada akhir abad ke-20 ini, dalam tahun-tahun 1900-an Belanda mulai berfikir untuk menyekolahkan anak-anak pribumi untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Namun kegiatan belajar ini hanya dapat dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Dan sayangnya kaum intelektual memakai hasil pendidikan sekolahnya untuk menjadi pegawai negeri pemerintah colonial dengan mendapat imbalan dan kedudukan yang memuaskan untuk hidup di zaman itu. Hanya beberapa orang saja yang mempergunakan pengetahuannya untuk menjadi pemimpin bangsa, untuk merebut kemerdekaan dan mengusir penjajah. Boleh dikatakan tak seorang pun terjun ke dalam usaha untuk memajukan ilmu alam dan pasti dan penyelidikan-penyelidikan yang menuju penemuan-penemuan baru. Apalagi karena pemimpin teknik perusahaan besar kebanyakan berada di tangan bangsa Belanda dan bumiputera yang memang kurang pendidikan teknik dan keahlian, hanya menduduki tingkat bawahan sebagai karyawan kantor biasa.


Integrasi Masyarakat Indonesia


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam-macam kelas sosial, budaya, agama, bahasa, kesenian, adat-istiadat, dan lain sebagainya. Pluralitas masyarakat Indonesia tersebut sangat berpotensi dalam menimbulkan konflik di antara masyarakat Indonesia. Maka dari itu, integrasi sangat dibutuhkan untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Integrasi merupakan suatu proses penyesuaian di antara unsure-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat.
Menurut pendekatan fungsionalisme struktural, factor terpenting yang memliki daya mengintegrasikan suatu system sosial adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat, menurut pandangan fungsionalisme structural , selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap mana sebagian besar anggota masyarakat menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang benar.
Berbeda dengan pendekatan konflik, pendekatan ini menganggap bahwa setiap masyarakat terintegrasi atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-orang yang lain.
Integrasi juga dapat dicapai ketika berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial. Karena ketika konflik terjadi antara suatu kesatuan sosial dengan kesatuan-kesatuan sosial yang lain maka akan segera dinetralisir oleh adanya loyalitas ganda dari para anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Unsur yang terpenting untuk mencapai integrasi adalah sikap saling menghargai dan menghormati dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Jika sikap itu telah tertanam pada diri masyarakat Indonesia, maka integrasi tidak akan sulit untuk dicapai.
Faktor-faktor yang mendorong integrasi masyarakat Indonesia antara lain:
 Adanya pengakuan Bhineka Tunggal Ika
 Adanya persamaan dalam heterogenitas
 Rasa saling memiliki dan saling membutuhkan
 Adanya consensus akan nilai dan norma
 Adanya norma atau aturan yang konsisten
 Adanya sosialisasi
 Memahami persamaan bahasa persatuan kita.


Diferensiasi Kelas

Diferensiasi kelas merupakan proses pengelompokan masyarakat ke dalam bagian-bagian yang bersifat tidak bertingkat atau horizontal. Misalnya berdasarkan suku, ras, agama, adat istiadat dan lain sebagainya. Sebagai contoh dalam hal suku kita mengenal berbagai macam suku seperti suku minangkabau, batak, minahasa, dan masih banyak lagi. Sedangkan dalam bidang agama, kita mengenal adanya agama Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Katholik. Meskipun terjadi pengelompokan, namun dalam pengelompokan tersebut tidak terdapat kelompok atau bagian yang dianggap lebih baik, semuanya memiliki kedudukan yang sama. Diferensiasi juga berpotensi dalam menimbulkan konflik, jika perbedaan tersebut tidak diikuti oleh sikap saling menghormati dan menghargai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar