Senin, 26 Desember 2011

TASAWUF INTERAKTIF

TASAWUF INTERAKTIF

Insan Kamil
T: 1. Apakah yang dimaksud dengan ''insan kamil''?
2. Di mana diperoleh penjelasan tentang hal itu dalam Alquran ataupun al Hadis?
3. Bagaimana kiat menjadi ''insan kamil''? Mohon penjelasan.
Abd Shomad, Salatiga
J: ''Insan Kamil'' makna harfiahnya (tekstual) adalah manusia sempurna. ''Insan'' berasal dari bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan manusia. ''Insan'' berbeda maknanya dengan ''basyar'' yang juga diterjemahkan dengan manusia. ''Insan'' berarti manusia dalam pengertian manusia yang memiliki dimensi rohani, sementara basyar mengarah kepada manusia dalam pengertian jasad (biologis). Dengan demikian ''insan kamil'' adalah manusia yang sempurna dalam pengertian rohani.

Istilah ''insan kamil'' bisa digunakan dalam dunia filsafat ataupun tasawuf. Dalam dunia filsafat, misalnya ''insan kamil'' adalah mereka yang dengan kemampuan yang dimilikinya dapat berkomunikasi dengan Akal ke Sepuluh (malaikat Jibril). Mereka itu diantaranya adalah para nabi/rasul dan para filosof.
Sementara dalam tasawuf, ''insan kamil'' juga sering disebut dengan ''Rijal Kamal''. Yakni orang-orang yang memiliki kapasitas intelektual dan tingkat spiritual yang tinggi serta konsisten dalam segenap tingkah laku dan perbuatannya sehari-hari. Perlu diketahui tentang ''Rijal Kamal'' pernah dibahas dalam rubrik ini edisi Sabtu 21 Desember 2002 dengan judul ''Kunci Mengenal Tuhan''. Anda juga bisa memperoleh informasinya dalam buku kumpulan Tanya Jawab rubrik ini ''Tasawuf Kontekstual, Solusi Problem Manusia Modern''. Kumpulannya dapat diperoleh di toko buku terdekat atau menghubungi kantor Lembkota telpon (024)-7624776.
Memang tidak mudah mencapai taraf ''insan kamil''. Karena banyak dimensi yang harus dipenuhi oleh mereka yang hendak mencapai taraf kesempurnaan tersebut. Jadi wajar jika hanya manusia pilihan seperti nabi/rasul yang dapat mencapai taraf ''insan kamil''. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan manusia bisa mencapai taraf ''insan kamil'' bila berusaha dengan sungguh-sungguh. Yakni melakukan riyadlah (latihan) yang terus-menerus dan tidak kenal putus asa dengan menjalankan ibadah dan akhlak al-karimah kepada Allah, sesama manusia dan diri sendiri.
Alquran ataupun hadis tidak pernah secara eksplisit menjelaskan tentang ''insan kamil''. Kita hanya memperoleh informasi bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan bentuk yang paling baik, seperti dalam surat At-Tin. Dalam surat tersebut dijelaskan manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik. Tetapi bentuk yang paling baik tersebut bisa berbalik menjadi bentuk yang paling hina/rendah, apabila manusia tidak mampu menjaga dan mempertahankannya.
Adapun cara menjaga dan mempertahankan bentuk yang paling baik tersebut adalah beriman dan beramal saleh. (QS.At-Tin/95:1-8). Amal saleh tersebut mencakup dua dimensi, yakni dimensi ketuhanan (vertikal) dalam rangka menjalin kerja sama yang baik dengan Allah (habl min Allah) dan dimensi kemanusiaan (horizontal) dalam rangka menjalin kerja sama yang baik dengan sesama (Habl min al-Nas) dan tentunya dengan alam sekitar. (QS. Ali 'Imran/3:112).
Di dalam hadis juga kita dapatkan informasi secara implisit bisa kita maknai sebagai kiat untuk mencapai taraf ''insan kamil''. Hadis riwayat Bukhari atau Muslim tentang percakapan Nabi Muhanmmad SAW dengan Jibril mengenai Iman, Islam dan Ihsan, merupakan pelajaran berharga bagi manusia yang hendak mencapai kesempurnaan hidup. Iman, Islam dan Ihsan adalah tiga pilar utama (ajaran) serta faktor penentu bagi kesempurnaan hidup manusia.
Iman adalah percaya kepada enam rukun iman dan Islam adalah kepasrahan diri kepada Allah sebagai manifestasi iman yang diwujudkan dalam bentuk lima amal perbuatan saleh (baik). Sementara Ihsan adalah kelengkapan dari kedua unsur tersebut, yakni Iman dan Islam seseorang belum sempurna kalau belum mampu menghadirkan Ihsan dalam dirinya.
Yakni beribadah (berkehendak, bersikap dan berbuat) seolah-olah melihat Allah atau dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa mengawasi segala amal perbuatan kita.
Dengan demikian maka ''insan kamil'' adalah manusia yang dalam hidupnya senantiasa beramal saleh (berbuat baik) didasari dengan Iman kepada Allah yang mewujud dalam sikap taqwa. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat Al-Hujurat/49:13, ''Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling tinggi kualitas taqwanya''. Wallahu a'lam bish-shawab. (35)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar