Seorang Perempuan yang Jatuh Cinta pada Laut (Terjemahan)
Cerpen: Angeles Mastretta
Cerpen: Angeles Mastretta
PADA suatu hari Natalia Esparza, seorang perempuan berkaki pendek dengan sepasang buah dada bundar, jatuh cinta pada laut. Ia tak tahu kapan tepatnya kerinduan pada samudra yang jauh itu muncul. Namun, rasa itu datang dengan semacam kekuatan yang membuatnya mempersetankan les piano yang disukainya. Ia juga jadi amat menyukai Karibia, sebab dari Karibia leluhurnya datang seabad silam, dan dari sanalah apa yang disebutnya serpihan kesadaran yang hilang telah memanggilnya.
Panggilan laut memberinya semacam kekuatan yang tak bisa dicegah oleh ibunya sekalipun. Ibunya memohon agar ia menahan kegilaannya hingga saat pepohonan almond meretas, hingga taplak meja yang disulam untuk perkawinan kakak perempuannya selesai, hingga ayahnya mengerti bahwa bukan pelacuran atau kebosanan, atau penyakit jiwa tak tersembuhkan yang tiba-tiba saja membuatnya ingin pergi.
Natalia tumbuh dalam bayangan gunung-gemunung. Ia biasa memerhatikan gunung-gunung itu dengan teliti siang dan malam. Ia tahu persis lipatan-lipatan dalam dada Putri Tidur itu dan lereng yang menudungi puncak gunung berapi Popocatepetl. Ia selalu hidup di daratan kegelapan dan langit dingin, membakar gulali di atas api dan memasak daging berhias saus warna-warni. Ia makan dengan piring berhias, minum dari gelas kristal, dan menghabiskan waktu berjam-jam di depan hujan, mendengarkan doa-doa ibunya dan dongeng-dongeng kakeknya tentang naga dan kuda bersayap. Namun, ia mempelajari laut di siang hari ketika beberapa lelaki dari Campeche lewat untuk menikmati kue dan cokelat sebelum melanjutkan perjalanan ke kota yang dikelilingi samudra warna-warni.
Tujuh warna biru, tiga warna hijau, satu warna emas, semuanya ada di laut. Perak yang tak seorang pun bisa membawanya ke luar negeri, semuanya berada di bawah naungan langit berawan. Malam menantang keberanian kapal-kapal, pagi seperti sebuah impian kristal, tengah hari cemerlang seperti gelora berahi.
Di sana, pikirnya, para lelaki pasti berbeda. Mereka yang tinggal dekat laut bukanlah para pemilik pabrik atau pedagang kaya atau pemilik perkebunan atau seseorang yang bisa menjaga cahaya tetap menyala sepanjang hidupnya. Pamannya dan ayahnya telah banyak berbicara tentang bajak laut, tentang Don Lorenzo Patino, kakek ibunya yang nama aliasnya adalah Lorencillo. Ia datang ke Campeche dengan kapalnya sendiri. Telah banyak yang dikatakan tentang tangan-tangan kasar dan tubuh-tubuh ajaib yang ditempa matahari dan angin, maka ia merelakan kepergian para lelaki itu tanpa rasa sesal. Ia akan tinggal dengan paman-pamannya, ibunya berharap. Sendirian, seperti kambing betina keranjingan, tebak ayahnya.
Ia bahkan tak tahu jalan. Natalia hanya ingin pergi ke laut. Dan, di laut tibalah ia, setelah perjalanan panjang ke Merrida dan pertemuan dengan dua nelayan yang ditemuinya di pasar.
Mereka adalah seorang lelaki tua dan seorang lelaki muda. Orang tua itu seorang perokok yang banyak omong. Yang muda bisa dibilang pangkal segala kegilaan ini. Bagaimana mungkin mereka bisa kembali ke Holbox dengan perempuan ini? Tetapi, bagaimana mungkin mereka meninggalkan perempuan ini?
"Kau menyukainya," orang tua itu berkata kepada yang muda, "dan ia ingin datang kemari. Tak kaulihatkah betapa ia ingin datang kemari?"
Natalia menghabiskan pagi hari dengan duduk-duduk di tempat penjualan ikan di pasar, mengawasi lelaki muda yang menjual makhluk-makhluk lembut berdaging putih, makhluk-makhluk aneh, sama anyir dan sama indahnya dengan laut itu sendiri. Natalia bergayut di bahu lelaki itu.
Hari pertama mereka berjalan tanpa henti, Natalia terus-menerus bertanya mengapa pasir di pantai seputih gula dan malam sepanas alkohol. Sesekali ia berhenti untuk menyeka kakinya dan mereka mendapat kesempatan untuk meninggalkannya jauh di belakang. Lalu Natalia melepas sepatunya dan berlari, diiringi kutukan si lelaki tua.
Mereka tiba esok siangnya. Natalia seakan-akan tak percaya. Dia berlari ke air, memburu ke depan dengan sisa kekuatannya, dan mulai meneteskan air matanya pada air yang asin. Kakinya, lututnya, otot-ototnya terasa sakit. Wajah dan bahunya tersengat matahari. Harapannya, hati dan rambutnya terasa sakit pula. Mengapa ia menangis? Bukankah berendam di sini adalah hal yang paling ia inginkan?
Perlahan hari mulai gelap. Sendirian di pantai tak berujung, ia menyentuh kakinya dan menemukan bahwa kaki itu belum berubah menjadi ekor ikan duyung. Angin lembut bertiup, mendorong ombak ke pantai. Dia berjalan di tepi laut, mengejutkan nyamuk-nyamuk kecil yang berpesta di lengannya. Di dekatnya adalah lelaki tua itu, matanya lenyap dalam mata Natalia.
Ia melemparkan diri dengan pakaiannya yang basah ke atas kasur putih dari pasir dan merasakan lelaki tua itu kian mendekat. Jemari lelaki itu menyentuh rambutnya dan ia berkata pada Natalia jika ia ingin tinggal, ia harus tinggal bersamanya karena yang lain telah memiliki perempuan.
"Aku akan tinggal bersamamu," katanya, lalu jatuh tertidur.
Tak seorang pun tahu bagaimana kehidupan Natalia di Holbox. Dia kembali ke Puebla enam bulan kemudian dan tampak sepuluh tahun lebih tua. Ia menyebut dirinya janda Uc Yam.
Kulitnya cokelat dan keriput, tangannya kasar, dan tubuhnya memancarkan hawa aneh penuh rasa percaya diri. Dia tak pernah menikah, juga tak pernah menginginkan lelaki. Dia lalu belajar melukis, dan warna biru dalam lukisan-lukisannya membuatnya terkenal di Paris dan New York.
Namun, ia tetap berumah di Puebla. Terkadang di senja hari, sambil mengamati gunung-gemunung, mimpi-mimpinya mengembara ke laut.
"Sesungguhnya, setiap orang adalah milik tempat asalnya," kata Natalia, seraya melukis dengan tangannya yang tua, sepasang matanya tampak kekanak-kanakan. "Karena, suka atau tidak, ke mana pun kau pergi, suatu saat mereka akan mengirimmu kembali pulang..."
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar